Hai semuanya, bertemu lagi dengan saya admin
AnalisisMiliter.com. Beberapa waktu yang lalu saya sudah menulis artikel
tentang seri panen alutsista yang saya mulai dengan tembang September
Ceria dimana kehadiran 4 pesawat COIN Super Tucano sudah hadir di
Indonesia. Hari ini, bulan September juga belum berlalu, namun lagu
September Ceria agaknya harus kita nyanyikan ulang namun dalam aransemen
yang berbeda. Jika sebelumnya lagu September Ceria di iringi dengan
tarian Samba khas Brazil, maka sekarang September Ceria diiringi tarian
Salsa dari Spanyol (eh btw, Salsa dari Spanyol kan? Hehhe).
Ya benar, September Ceria jilid ke dua ini, ditandai dengan serah terima
2 pesawat angkut sedang C-295 dari Spanyol. Upacara serah terima ini
berlangsung di lini perakitan akhir C-295 di San Pablo, Seville beberapa
waktu yang lalu. Acara serah terima ini disaksikan oleh Wakil Menteri
Pertahanan (Wamenhan) Let. Jend (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin dan Airbus
Military Vice President Head Of Programes Light and Medium and
derivatives, Rafael Tentor. Kedua pesawat C-295 ini merupakan pengiriman
batch pertama dari 9 pesawat C-295 yang dibeli oleh Indonesia. Berikut
foto dokumentasinya..
Kontrak pembelian 9 pesawat angkut sedang C-295 ini dilakukan pada event
Singapure Air Show yang dilangsungkan pada bulan February 2012 yang
lalu. Penandatanganan kontrak pembelian 9 C-295 ini ditandatangani oleh
CEO Airbus Mikitary Domingo Urena Raso, dan Direktur Utama PT Dirgantara
Indonesia (PT DI) Budi Santoso. Nilai kontrak pembelian ini adalah
sekitar US $325 Juta, yang mencakup pembelian pesawat, suku cadang dan
pelatihan awak. Pengiriman pertama dilakukan September ini dan
pengiriman terakhir akan dilakukan pada semester ke 2 2014. Ada satu pertanyaan yang perlu kita pahami, Kenapa Dirut PT DI ikut menandatangani kontak ini, bukankah C-295 adalah produk Airbus Military? Pertanyaan ini akan kita jawab di bawah ini.
Kerjasama PT DI dan Airbus Military dalam Kontrak Pembelian 9 Pesawat C-295.
Seperti pertanyaan diatas, kenapa Dirut PT DI harus turut menandatangani
kontrak pembelian C-295 ini, padahal kita tau sendiri bahwa C-295
adalah produk Airbus Military, bukan produk PT DI? Jawabannya adalah
karena dalam kontrak ini, PT DI dilibatkan sebagai patner Airbus
Military dalam memproduksi pesawat C-295 pesanan TNI AU ini. Dalam
kerjasama ini, sebagian komponen tertentu dari pesawat C-295 dikerjakan
oleh PT DI, dan selanjutnya dikirim ke Airbus Military untuk di
integrasikan disana. Hal ini berarti bahwa setiap pesawat C-295 ini
memiliki komponen buatan PT DI didalamnya.
Selain itu, dalam kerjasama ini, diharapkan sebagian dari C-295 tersebut
akan dikerjakan di PT DI. Proses pengerjaan di Indonesia ini agaknya
akan tergantung dari seberapa siap PT DI untuk mengerjakan pesawat ini
agar sesuai dengan target pengiriman akhir di tahun 2014. Pada awalnya,
hanya 2 pesawat yang akan di kerjakan di Spanyol, sisanya di Indonesia.
Namun dari Update terakhir yang saya peroleh, kemungkinan aka nada 4
atau 5 pesawat yang dikerjakan di Spanyol dan sisanya baru di PT DI
Bandung. Untuk mempersiapkan PT DI dalam mengerjakan pesawat ini di
Indonesia, PT DI telah mengirim cukup banyak tenaga ahlinya dalam
pengerjaan pesawat ini di Spanyol. Bahkan untuk 2 pesawat yang sudah
diserahterimakan beberapa waktu lalu, tenaga ahli dari PT DI juga sudah
terlibat didalam pengerjaannya.
Hal ini untuk memastikan bahwa Industri Pesawat Terbang Indonesia
mendapatkan hal positif di balik pembelian pesawat C-295 ini. Selain itu
juga, PT DI juga sudah cukup memiliki pengalaman dalam mengembangkan
CN-235 yang merupakan dasar dari C-295. Untuk itu, rencana pengerjaan
sebagian C-295 di Indonesia merupakan sebuah langkah yang cukup
strategis bagi Industri Dirgantara Indonesia dimasa yang akan datang.
Selain itu, ada kerjasama antara PT DI dan Airbus Military dimana PT DI
akan menjadi pusat pengiriman (Delivery Center) untuk pesanan pesawat
C-295 di wilayah Asia Pasifik. Itu berarti bahwa PT DI akan terus
dilibatkan dalam proses pembuatan dan perakitan C-295 yang dipesan
negara Asia Pasifik. Satu sisi hal ini akan sangat membantu PT DI untuk
semakin menaikkan kelasnya sebagai salah satu Industri Dirgantara
terbaik di kawasan Asia Pasifik. Namun disisi lain, ini juga bisa
berdampak negative terhadap program PT DI lainnya seperti pengembangan
CN-212-400, CN-235, N-219 serta N-250. Dengan bertambahnya C-295, yang
akan menjadi CN-295, maka PT DI harus mempersiapkan diri sebaik mungkin
agar peluang dalam CN-295 ini tidak membunuh peluang dalam pesawat
produksi lain, khususnya CN-235.
CN-295 sebagai Derivative CN-235
Jika dilihat secara sekilas, memang kita bisa melihat bahwa antara
CN-235 dan C-295 terlihat sangat mirip sekali. Memang ini benar, karena
C-295 merupakan pengembangan dari CN-235 yang sudah terbukti
ketangguhannya sebagai salah satu pesawat transport maupun pesawat intai
maritime yang digunakan di banyak negara. C-295 adalah pengembangan
dari CN-235 dimana fuselage C-295 lebih panjang 3 meter dibandingkan
dengan Cn-235. Selain itu C-295 memiliki payload yang lebih besar 50%
dibandingkan dengan CN-235 serta mesin yang digunakan juga lebih kuat
yaitu 2 PW 127G terbaru. Sedangkan CN-235 menggunakan mesin GE CT7-9C.
Dilihat dari segi angkut personel juga C-295 bisa mengangkut pasukan
yang lebih banyak. Untuk pasukan terjun paying bersenjata lengkap,
sebuah pesawat C-295 bisa menerjunkan 45 personel, sedangkan CN-235
hanya 35 personel. Dibandingkan C-130 Hercules yang bisa menerjunkan 90
personel bersenjata lengkap, kemampuan C-295 ini berada di bawah
Hercules namun diatas CN-235.
C-295 menggantikan Fokker-27 sebagai Pesawat angkut Medium
Nah yang menjadi pertanyaan, apakah kehadiran C-295 akan membuat pesawat
CN-235 TNI AU akan disingkirkan? Tentu tidak, karena CN-295
diproyeksikan bukan menggantikan CN-235, namun menggantikan pesawat
angkut Fokker-27 TNI AU yang sudah tua. Nah di TNI AU sendiri memiliki 3
kelas pesawat angkut taktis, yaitu pesawat angkut ringan, pesawat
angkut sedang dan pesawat angkut berat. Pesawat angkut ringan selama ini
sudah diperankan oleh pesawat buatan PT DI yaitu CN-235. Namun ada juga
pesawat CN-212 yang banyak digunakan di TNI AL. Untuk kelas pesawat
angkut sedang selama ini diperankan oleh Fokker-27, yang akan digantikan
oleh C-295. Pada kelas ini, ada juga beberapa pesawat Fokker-28 yang
saat ini masih beroperasi. Untuk kelas angkut berat di TNI AU,
diperankan oleh pesawat Hercules C-130 type B maupun H.
Beberapa waktu lalu saya juga menulis artikel tentang MBT Leopard yang
akan di beli Indonesia? Mungkin sebagian dari kita berpikiran bahwa MBT
Leopard bisa digerakkan dengan cepat kedaerah operasi dengan
menggunakan pesawat angkut seperti C-295 ataupun C-130 Hercules.Maka
disini saya sampaikan bahwa pesawat angkut C-295, bahkan C-130 Hercules
sekalipun tidak akan mampu mengangkut walaupun hanya 1 unit MBT Leopard.
Payload C-295 hanya sekitar 10 ton, sedangkan Hercules C-130 hanya
sekitar 20 ton. Itu artinya untuk mengangkut 1 unit MBT Leopard dalam
keadaan terurai (beratnya 60 ton), diperlukan sekitar 3 pesawat Hercules
atau 6 pesawat C-295. Pesawat C-295 ini lebih dititik beratkan untuk
mendeploy pasukan penerjun kedaerah operasi secepatnya.
Setelah C-295, What Next??
Beberapa hari lalu sudah beredar gambar kedangan 2 unit artillery CAESAR
dari Prancis. Rencananya Indonesia AKAN mendatangkan dua battalion
artillery jenis ini, dimana masing-masing battalion AKAN terdiri dari 3
Battery dan masing-masing Battery akan terdiri dari 6 unit artillery
CAESAR ini. Ini artinya Indonesia AKAN membeli 36 unit CAESAR. Berikut
sebagin foto-foto kedatangan 2 unit CAESAR yang telah tiba di Halim
Perdana Kusuma beberapa hari yang lalu :
Selain itu Indonesia juga AKAN kedatangan MBT Leopard dari Jerman.
Selain itu, Indonesia juga AKAN menerima hibah 24 F-16 dari Amerika
Serikat. Selain itu AKAN ada opsi penambahan hibah F-16 ini dari 2
Skuadron menjadi 3 Skuadron. Beberapa waktu lalu, kongres AS juga sudah
mempublikasikan bahwa Indonesia AKAN membeli senjata F-16 sebesar US$25
Juta. Beberapa waktu lalu juga ada berita Indonesia AKAN membeli 8
Helicopter Serang Murni, yaitu Apache AH 64-D Longbow Block III beserta
senjata lengkapnya. Dan masih banyak list pembelian alutsista lainnya
yang AKAN dibeli oleh Indonesia.
Tapi, kok banyak kata-kata AKAN ya?? Apakah Indonesia adalah Negara
‘AKAN’??? Ah, peduli amat denga stigma negara AKAN yang sering
dikumandangkan blog seberang tersebut. I Don’t Care.. Di blog seberang
memang ada stigma negara AKAN. Biar saja lah, tidak usah di tanggapi..
Toh dulu di blog tersebut stigma AKAN melekat pada Indonesia ketika akan
bergabung dengan Project KFX, nyatanya sekarang Indonesia memang
terlibat dalam project KFX. Dulu stigma AKAN juga melekat ketika
Indonesia akan membeli Super Tucano, nyatanya Super Tucano sudah datang
di Indonesia. Stigma AKAN juga ada ketika Indonesia akan membeli 9 C-295
dari Airbus Military, nyatanya C-295 sudah diserahterimakan ke
Indonesia. Dulu juga ada stigma AKAN ketika berbicara tentang KCR-40 dan
Trimaran, nyatanya itu semua sudah Nyata di Indonesia. Dulu stigma AKAN
juga ada ketika Indonesia berencana menambah 6 unit Sukhoi lagi,
nyatanya itu sudah tanda tangan Kontrak, dan hanya menunggu waktu. Dulu
di blog seberang juga ada stigma Indonesia adalah negara miskin yang
tidak punya uang membeli peralatan militer, nyatanya begitu banyak
alutsista baru yang hadir di Indonesi
Selasa, 25 September 2012
Panen Alutsista : Welcome 2 CN-295 dari Airbus Military
0 Comments
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =)) Posting Komentar