Rabu, 02 November 2011

Ketika Arsenal Berkehendak

             Lima belas menit sebelum boarding pesawat dari London menuju Jakarta, telepon Nina Raganatha, Manajer Operasional Sekolah Sepak Bola Indonesia, berdering. Telepon itu dari Ben Corbyn, pelatih kepala di Pusat Pengembangan Arsenal, Klub Sepak Bola Arsenal, Inggris.


             ”Ben meminta Fahmi dan Rangga tinggal di sini, mengikuti uji coba dua hingga enam pekan di Arsenal,” kata Nina seusai telepon dimatikan.
Semua ternganga, terutama 18 anak Tunas Garuda Indonesia yang telah menghabiskan waktu sepekan untuk berlatih dan bertanding di ”kamp” Arsenal. Striker Tunas Garuda Nazarul Fahmi dan penjaga gawang Rangga Pratama, dua orang yang disebut Corbyn, lebih melongo lagi. Bingung.
Jadi? ”Iya, Ben minta Fahmi dan Rangga kembali lagi, berlatih di Pusat Pengembangan Arsenal. Nanti kalian menginap di rumah Ben, semua ditanggung,” kata Nina.
          Lalu, siapa yang akan menemani Fahmi dan Rangga? Diputuskanlah Pelatih SSI Abdul Malik Karim Usup. Nina pun lantas menghubungi petugas Emirates, memohon agar koper Fahmi, Rangga, dan Usup bisa dikeluarkan lagi dari bagasi pesawat. Tidak mudah, tentunya.
Nina ngotot menjelaskan, tawaran Arsenal ini kesempatan langka bagi Fahmi dan Rangga, dua pemain berbakat yang masih berusia 15 tahun. Kesempatan ini adalah kebanggaan bagi Indonesia. Akhirnya, Emirates menyerah.
         Terjadilah drama perpisahan di Bandara Heathrow, London. Semua awak Tunas Garuda bangga, dua teman mereka kembali akan berlatih di Arsenal. ”Saya juga tidak tahu mengapa mereka mendadak sekali memberi tahu. Padahal, setelah pertandingan Jumat itu, kita masih punya waktu sehari di sini,” ujar Nina.
         Sebelumnya, pada Jumat (28/10), Rangga, Fahmi, dan gelandang Dani Raharjanto diminta memperkuat tim Arsenal U-15 untuk bertanding melawan Wycombe Wanderers dan Brighton & Hove Albion, tim divisi II di Inggris. Pada laga melawan Wycombe, Dani mencetak satu gol untuk Arsenal.
Fahmi, Rangga, dan Dani dinilai tim pelatih Arsenal punya keterampilan individu yang sangat bagus sehingga sayang jika tidak didukung. Jika kini Rangga dan Fahmi yang diminta tinggal, Dani akan mendapat giliran berikutnya. ”Pada dasarnya ketiganya bisa masuk akademi di Arsenal yang tentu ada persyaratannya,” ujar Nina yang mendampingi tim Tunas Garuda mulai saat perekrutan, pelatihan di SSI, pelatihan di Arsenal, sampai pulang ke Tanah Air.
          Menurut Corbyn, anak-anak Tunas Garuda tidak hanya berpotensi dalam hal bermain bola, tetapi juga memiliki sikap dan perilaku baik. ”Mereka bagus, tidak main-main, berdisiplin, dan bersemangat dalam berlatih. Mereka ceria dan sangat mencintai sepak bola. Sikap baik ini adalah modal,” tuturnya.
Fahmi mengerti betul potensi yang ia miliki. Bukan langkah mudah bagi ia untuk sampai pada titik ini. Ia pernah beberapa kali menjadi pencetak gol terbanyak dalam berbagai kompetisi sepak bola hingga level Asia Tenggara. Untuk mengikuti seleksi Tunas Garuda, ia terbang dari Bireuen, Aceh, ke Medan bersama ibu dan kakaknya.
         Dari seribuan peserta di Medan, hanya empat yang terpilih, termasuk Fahmi, untuk masuk tim 36 Tunas Garuda. Dari empat anak itu pun, tiga lainnya tidak diikutkan dalam tim 18 sehingga hanya Fahmi satu-satunya wakil Medan.
         Menurut Usup, program perekrutan pemain sepak bola yang paling efektif sebetulnya lewat kompetisi. Namun, tidak terduga, dengan penjaringan ala pencarian bakat kontes menyanyi seperti ini diperoleh bibit-bibit muda berbakat.
         Sebelum berangkat ke London, Tunas Garuda bertanding melawan empat tim dan semuanya menang. Pada saat Tunas Garuda bertanding melawan tim Arsenal U-17 dan Arsenal U-15, Senin dan Rabu (26/10), sejumlah penonton berdecak kagum. ”Mereka tim nasional dari Indonesia?” tanya seorang penonton. ”Bukan? Oh, lalu setelah ini mereka ngapain? Tidak jelas? Oh sayang sekali,” sambung Jamal Jamoul yang asli Libya itu.
         Penonton lain menyahut, ”Lalu, timnas Indonesia seperti apa? Apakah mereka tidak ikut dalam kompetisi di Indonesia?” tanyanya kepada Kompas.
         ”Tunas Garuda hanya sebuah program? Oh.... Saya mengerti, mengapa Indonesia selalu kalah ya di Asia, padahal punya modal sebagus ini,” ujarnya. Nah, kan? (Susi Ivvaty dari London)
< img border="0" src="http://imageshack.us/photo/my-images/440/7c2c5e4ac4248725101bd50.png" />

Comments
0 Comments

0 komentar:

 
Design by Alim Yuandia | Bloggerized by Indonesia Negriku | Alim Yuandia
Kode Follower supported by Tutorial Blog
^ Scroll to Top